Bagai putri di suatu kerajaan. Duduk disinggasana yang megah. Dengan pakaian yang terbuat dari sutra, mewah, menjadikan seseorang yang memakainya terlihat sangat elegan dan siapa pun yang memandangnya akan terpesona hingga tak mengedipkan mata. Kecantikannya yang tersohor di seluruh negeri, kebaikan hatinya, kebijaksanaannya memimpin rakyat, ketulusannya menolong seseorang, membuat ia makin dihormati oleh setiap orang, baik itu dari kalangan bawah hingga kalangan atas yang sederajat dengannya.
Tapi hidup sang putri tidak akan lengkap tanpa kehadiran seseorang yang mencintai dan ia cintai setulus hatinya, untuk menemaninya mengaruhi hidup dalam bahtera rumah tangga yang bahagia. Ia menanti… dan terus menanti… hingga sang pangeran itu datang menghampirinya. Ia percaya, semua pasti akan indah pada waktunya.
“Oh.. My.. God !!! pliss deh Cindy ? jangan mengkhayal terus. Ini dunia realita, bukan dongeng !!!” aku sering kali memimpikan ada seorang pangeran datang dengan menunggang kuda putihnya, sampai-sampai semua temanku memanggilku Putri Dongeng. Tapi terserah deh mereka mau bilang apa, yang penting mereka tidak menganggapku sinting.
Aku sudah hampir dua tahun menjomblo. Sok-sok menjadi Single Happy, padahal dalam lubuk hatiku yang paling dalam, merasa sengsara banget! enggak ada yang perhatiin, pergi sendiri, malam minggu kesepian, banyak deh sengsaranya. Tapi positifnya, aku merasa jadi orang yang paling bebas di antara orang-orang yang udah punya pacar. Bebas lirik sana-sini, enggak pusing mikirin pacar, pulsa irit, dan tentunya bebas dekat dengan siapa saja!
Masa SMA harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Berlomba-lomba mencari pengalaman sebanyak-banyaknya, terutama dalam hal cinta. Tapi itu tidak berlaku untukku, karena aku lebih suka menjalani semuanya apa adanya. Seperti air yang mengalir.
Beep.. beep.. beep.. beep…
Ponselku bergetar, tanda sebuah sms telah masuk. Aku langsung membukanya dan membaca isi pesannya.
Cin, besok gue tunggu di tempat biasa nongkrong ya! Gue mau ngenalin loe sama sepupu gue! Jangan telat! Ok?!
Aduuh, malasnya harus kenalan lagi sama orang baru. Ini mungkin kesepuluh kalinya Lisa ngenalin aku sama teman cowoknya. Jangan sampai kesepuluh kalinya juga aku gagal menjalin hubungan. Capek rasanya. Menurutku, jodoh akan datang dengan sendirinya. Jadi untuk apa susah-susah nyari.
Aku mulai mengetik sms balasan.
Iya ! tapi jam berapa?
Beep.. beep..
Tiga.
PERASAAN YANG BERBEDA
Tepat jam tiga sore. Aku bergegas pergi untuk menemui Lisa dan sepupunya. Dengan t-shirt putih dan celana jeans hitam aku berjalan menuju halte, tempat biasa aku menunggu mobil ketika pergi sekolah.
“Cindy!!!” tampak dari kejauhan Lisa melambaikan tangannya. Aku yang baru datangpun langsung menghampiri. “Duduk Cin!”
“Sorry ya lama. Biasalah naik umum, ngetem! Loe udah lama disini?”
“Enggak juga. Kira-kira sepuluh menitlah. Oh iya, kenalin nih, sepupu gue dari Bandung . Namanya Virgo. Go, ini sahabat gue yang pernah gue ceritain, Cindy.” Lisa mulai memperkenalkan kami, dan kami pun saling berjabat tangan dengan menebar sedikit senyuman.
Dagg.. Digg.. Dugg..
Aduh kenapa aku ini? Kenapa saat tangan ini menjabat tangannya, terasa getaran yang aneh yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Tatapan matanya, senyum dibibirnya, benar-benar tak terbayangkan sebelumnya.
“Eheemm…” sela Lisa. Aku seperti terlonjak dari mimpiku. Dengan cepat ku lepas genggaman tangannya. Huh, dasar Lisa pengganggu! “Loe berdua engga mau pesen makanan? Sorry ya Cin, gue engga bisa nemenin kalian lama-lama disini, soalnya udah ada janji sama Panji. Gue mau anter dia ke Dokter, dari kemarin dia sakit.”
“Oh ya? Sakit apa?” tanyaku.
“Belum jelas. Ya udah kalian Have Fun ya! Gue pergi dulu.”
“Hati-hati Lis.” Kata Virgo.
“Salam ya buat Panji.” Lanjutku.
“Ok.”
Kini kami tinggal berdua. Aduh, jadi bingung mau ngomong apa. Kenapa Lisa harus pergi secepat ini sih! Aku benar-benar belum siap untuk ini. Dia duduk tepat di hadapanku. Aku sesekali jadi salting tatkala ia memandangku.
Tapi akhirnya ia juga yang memulai pembicaraan. Kami pun memesan makanan, dan mulai ngobrol dari hal-hal yang umum hingga lama-kalamaan bergeser ke hal yang lebih khusus. Saling bercerita tentang pengalaman menarik, kebiasaan sehari-hari, hingga masuk ke topik tentang perasaan.
Kurasa hari ini adalah hari terindah yang pernah kualami. Aku seperti baru hidup kembali. Karena aku mulai merasakan lagi yang namanya jatuh cinta. Bener ya kata orang, jatuh cinta berjuta rasanya!!! Aku menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur, sambil membayangkan pertemuan indah yang baru saja usai sejam yang lalu. Wajahnya begitu jelas terbayang dipikiranku.
TIGA MINGGU SERASA TIGA TAHUN..
Beep.. beep..
Sebuah sms terkirim padaku.
Kata orang bijak “U find Ur love when U’ve found a home in a someone’s heart.” Aku merasa sudah menemuka hatimu. Bolehkah aku tinggal di dalamnya?
Virgo? Apa maksud sms ini? Apa artinya dia lagi nembak aku? Pliss Go, jangan buat aku bingung. Aku bahkan tak tahu harus jawab apa. Andai ada seorang peri, atau tujuh kurcaci yang siap membantuku.
I’m single.. and very happy..
Ponselku berdering! Tertulis “Virgo calling” dilayar hp-ku.
“Hallo?” dengan sedikit gugup ku mencoba jawab dengan setenang mungkin.
“Cin, kamu udah baca sms aku kan ? Menurut kamu gimana?”
“Apanya yang gimana Go?”
“Setelah tiga minggu aku kenal sama kamu, kita jalan bareng, dan ternyata banyak kesamaan yang kita miliki, aku ngerasa.. kita punya potensi untuk menjalin hubungan. Aku memang bukanlah seorang pangeran dari kerajaan, tapi bagiku kamu seorang putri dari dunia realita.” Jelas Virgo panjang lebar.
Aku bingung harus bilang apa. Dari awal ku kenal dia, aku memang sudah jatuh cinta, tapi aku masih ragu, apa dia masih bisa diandalkan setelah sembilan kali aku gagal menjalin hubungan dengan laki-laki.
Tapi, dari mana dia tahu tentang “Pangeran” impianku? Rasanya aku belum pernah cerita soal itu. Pasti ada seseorang yang sudah cerita padanya. Lisa!! Ya, pasti Lisa! Siapa lagi kalau bukan dia.
Aku tahu Go. Karena aku juga ngalamin hal yang sama seperti yang kamu rasain. Perkenalan selama tiga minggu itu bagaikan tiga tahun bagiku. Aku merasa sudah lama kenal sama kamu. Ini kali pertama bagiku merasakan hal seperti ini.
Setelah empat puluh lima menit kami berbincang di telepon, akhirnya kami menemukan suatu keputusan. Aku butuh waktu untuk bisa menerima Virgo di dalam kehidupanku. Karena sembilan kali gagal menjalin hubungan itu bukan hal yang mudah. Aku harus ekstra hati-hati untuk kali ini, jangan sampai kegagalan itu menghampiriku lagi. Untungnya, Virgo mau mengerti keadaanku.
KRISIS KEPERCAYAAN
Gubbraaakk!!!
“Sorry.. sorry! Gue enggak liat.” aku enggak sengaja menabrak seorang cewek di toko buku. Kubantu dia merapihkan buku-bukunya yang sempat berhamburan di lantai. Rupanya cewek ini hobi memasak, bisa kulihat dari buku-buku yang dibawanya, semuanya tentang masakan. Dari wajahnya bisa kutebak dia orang yang sangatlah lemah lembut. Orang seperti ini pasti jarang marah. Itu sih pendapatku saja.
“Gue Cindy, and loe?”
“Fika.”
“Maaf ya gue nabrak loe? tapi seratus persen asli gue enggak sengaja.”
“Iya enggak apa-apa, aku juga salah kok udah enggak hati-hati. Maaf ya?”
Yahh.. dia minta maaf? Jelas-jelas gue gitu yang udah nabrak dia. Lugu banget sih ini cewek. Tapi, kayanya lucu juga punya temen unik seperti dia. Akhirnya kami memutuskan untuk makan sebentar di foodcourt sembari ngobrol-ngobrol.
Dia ternyata lebih muda dariku. Umurnya pun belum genap enam belas tahun. Sekali pacaran, sekali patah hati. Simple banget hidupnya. Tapi, dia enggak pernah bisa ngelupain cinta yang sekaligus pacar pertamanya itu. Entah siapa orang itu, yang jelas dia beruntung banget karena ada seseorang yang begitu mencintainya walau orang itu tidak mengetahuinya.
Sepulang dari toko buku, Virgo menelponku untuk mengajakku ke suatu tempat. Aku enggak nyangka, dia punya tempat yang nyaman banget buat mencari ketenangan. Sebuah bukit dengan rumput-rumput yang begitu indah, serta pemandangan dibawahnya yang mengagumkan. Lalu ia bercerita tentang masa lalunya yang suram. Ku dengarkan ceritanya dengan seksama. Aku baru tahu, kalau dia juga pernah mengalami trauma dalam pacaran. Bahkan aku baru tahu, dia punya mantan yang sulit ia lupakan hingga kini. Setelah mendengar itu, ada perasaan tidak enak yang bergejolak dihatiku. Entah apa itu, yang jelas aku tidak suka!
Virgo menyatakan cintanya untuk yang kedua kalinya. Dia terus menagih janji itu. Menjawab cintanya. Seandainya tadi dia tidak bercerita tentang mantannya, mungkin aku langsung menerimamu Virgo. Tapi setelah aku tahu semuanya, rasanya sulit bagiku untuk katakan “Ya”. Aku enggak mau jika nantinya harus merasakan patah hati ketika tahu kamu lebih mencintai mantan kamu dibandingkan aku.
“Apa yang bikin kamu sulit terima aku Cin? Aku udah buktiin kalau aku bener-bener sayang sama kamu. Bahkan aku udah terbuka sama kamu tentang semua masa laluku. Apa yang masih mengganjal dihati kamu? Bilang aja sekarang!!!” Virgo mencoba meyakinkanku. Aku bisa lihat dari tatapan matanya, begitu jujur dan meluluhkan perasaanku..
TRAGEDI ULTAH FIKA..
Happy new year!!! Tak terasa setahun cepat berlalu. Sudah banyak cerita yang kulewati. Terutama sama Virgo!!! Dia makin menunjukan cintanya terhadapku. Sehari tanpanya, seperti rumah tanpa listrik! Nyambung enggak ya?
Beep.. Beep..
“Happy New Year, Cinta!!! I hope in this year, U can love me like I love U. ”
“Happy New Year Go.. I hope so.” Balasku.
I’m single and very happy..
Tak lama ponselku berdering. Tertulis “Fika calling”. Ada apa ya pagi buta begini Fika menelponku? Tak seperti biasanya.
“Hallo, Fik?”
“Cin, happy New Year yah?! kamu di rumah ya? Bisa datang ke acara ultahku nanti malam?”
“Kamu ultah? Kalau gitu Happy Birthday yah?! semoga harimu menyenangkan!!! Oh ya, aku berdoa, semoga orang yang kamu cintai itu kembali lagi ya sama kamu Fik..”
“Udahlah Cin, itu enggak mungkin. Aku sendiri yang udah nyuruh dia pergi, jadi enggak mungkin dia balik lagi. Yang penting kamu datang yah?”
“Hmm.. Ok.”
Kasihan juga Fika. Ya Tuhan, kenapa orang sebaik Fika harus di kasih penyakit separah itu sih? Sampai-sampai ia korbankan pacarnya sendiri hanya karena takut direpotkan. Yahh, tapi itulah hidup. Harus ada yang dikorbankan.
Aku mengajak Lisa ke acara Ultahnya Fika. Sebenarnya Virgo mau ikut untuk menemaniku, tapi aku tolak. Maka ia sarankan aku membawa Lisa agar ada teman.
“Loe yakin tempatnya di sini Cin?”
“Iya gue yakin. Mau liat smsnya?”
“Ya udah gue percaya. Masuk yuk!”
Lisa terlihat agak gugup dari biasanya. Entah kenapa. Mungkin karena dia belum kenal sama Fika kali yah?
“Cindy!!!” tampak dari kejauhan Fika memanggilku. Wouw, Fika? Betapa cantiknya dia! Benar-benar seperti putri dalam dongeng. Gaunnya yang megah, membuatnya tampak menawan. Seperti dalam impianku.
“Kamu cantik banget Fik?! Kaya Cinderella.” Pujiku.
“Ah kamu bisa aja Cin. Tapi, konsep acara ini memang seperti dongeng. Karena aku suka sekali putri-putri dalam dongeng. Cinderella, Belle, Snow White, and Sleeping Beauty!”
“Waw, kita sama ya?! Aku juga penggemar tokoh kartun itu! Aku berharap, suatu saat nanti akan ada pangeran yang menjemputku dengan menunggang kuda putihnya! Aku ingin memakai gaun seperti Cinderella. Dengan sepatu kaca yang indah.” Aku luapkan semua khayalan itu padanya.
“Haii, putri dongeng!!! Kita di bumi, bukan planet dongeng! Lo ninggalin gue yah? baguuusss.” Fika tiba-tiba muncul di depanku.
“Lo dari mana aja? Kenalin nih temen gue, Fika.” Ku tarik tangan Lisa dan kuhadapkan dia pada Fika. Dan..
“Fika…?” Lisa terkejut.
“Lisa…?”
“Loe kenapa di sini? Udah gue sangka, siapa lagi yang ngadain acara di sini kalau bukan Loe!!! Loe mau jadi bayang-bayangnya Virgo lagi?!! Jawab!!! Loe harusnya enggak di sini, sadar enggak sih loe?!!! Loe bilang, loe bakal pergi, mana buktinya?!! Kenapa loe masih ada di kota ini? Apa sih maksud loe Fik?!! Ternyata loe udah ngelanggar perjanjian kita yah?!” Lisa begitu meluap-luap.
“Sebenernya ada apaan sih?” aku mulai membuka suara. Karena Fika hanya diam, menunduk dan tak berdaya. Ia biarkan Lisa terus meneriakinya. Aku tak bisa membiarkan ini semua. Walau ku tak tahu penyebabnya. “Lisa jawab!!! Kenapa loe terus bentak dia?!! Apa salahnya?”
“Aku..” ketika Fika hendak berkata sesuatu, Lisa segera memotong.
“Udah Cin, kita pergi sekarang!!!!” Lisa menarik tanganku menuju pintu utama. Aku yang ketika itu masih bingung, menuruti saja apa kata Lisa, mungkin sampai ia mau menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Karena Lisa sempat menyebut nama Virgo. Pasti ada kaitannya dengan Virgo.
MENCARI KEBENARAN
Aku yang begitu diselimuti rasa penasaran langsung meminta penjelasan dari Lisa, Fika, dan Virgo. Aku temukan mereka dalam satu ruangan, yang tentunya tanpa sepengetahuan mereka. Benar dugaanku, mereka begitu kaget saat saling tatap satu sama lain untuk pertama kali.
“Gue sengaja mempertemukan kalian dalam ruangan ini. Karena gue bener-bener enggak tahu lagi harus bagaimana menangani kalian. Enggak satupun dari kalian yang mau cerita sama gue tentang apa yang udah terjadi. Jadi, gue terpaksa ngelakuin ini. Gue enggak mau jadi orang bego yang ada ditengah-tengah kalian karena enggak tahu apa-apa tentang sesuatu yang udah terjadi di antara kalian. Karena kalian semua ngerahasiain dari gue. Lis, baru kali ini loe main rahasia-rahasiaan sama gue. Gue enggak nyangka, loe bisa bohongin gue. Fik, walaupun loe temen baru gue, tapi gue udah anggap loe sahabat seperti Lisa. Tapi gue heran, kenapa buat cerita aja loe enggak bisa. Dan loe, Virgo. Gue udah 88% percaya sama kata-kata loe. Gue pikir, loe udah terbuka sama semua hal, tapi ternyata enggak.”
“Cin, tapi gue udah pernah cerita soal ini.” Virgo mencoba membela diri.
“Kapan?”
“Di bukit itu.”
“Di bukit? Jadi maksud loe.. Fika cewek yang loe maksud? Kenapa loe enggak bilang?! Kalau aja gue tahu, kejadiannya enggak akan gini, Virgo!”
“Terus gimana kalau bukan kaya gini?” Lisa mulai membuka mulut.
“Gue akan ngalah demi Fika.”
“Apa? Ngalah? Emang siapa Fika sih buat loe?! loe kenal sama dia aja belum lama. Tahu apa loe soal Fika?!! Enggak usah ngaco deh Cin!”
“Gue enggak ngaco. Gue serius. Apa yang salah sama sikap gue? Gue ngalah buat temen gue sendiri. Walaupun baru kenal, tapi dia tetep temen gue! Fika, loe boleh ngomong apa aja di sini, jangan diem aja! Semua boleh ngeluarin pendapat.”
“Dia itu enggak bisa ngomong!!! Enggak ada yang peduli juga dia mau ngomong apa.”
“Diam!!! Biar dia ngomong Lis! Ayo Fik..”
“Sebenernya.. aku enggak pernah mau ngusir Virgo dari hidup aku. Karena aku sayang banget sama dia! Buat marah sama dia aja aku enggak bisa, apalagi sampai nyuruh dia pergi! Sampai penyakit itu datang, dan Lisa tahu. Lisa suruh aku untuk ninggalin Virgo, karena menurut Lisa, penyakitku hanya akan menyusahkan Virgo, dan Virgo akan sangat terpukul ketika aku mati nanti. Aku berpikir, mungkin ada benarnya juga apa kata Lisa. Lisa menyusun semua rencana untuk aku memutuskan Virgo. Lisa bilang, aku harus pergi yang jauh dari sini, sampai Virgo enggak bisa nemuin aku. Tapi, aku enggak bisa. Aku bener-bener enggak bisa!! Akhirnya aku merubah penampilanku, agar kalian enggak bisa ngenalin aku. Lis, maaf yah? aku ingin di sini sampai hari terakhirku nanti… Huhuhu..” Fika pun tak dapat lagi menahan air matanya, ia menangis sejadi-jadinya. Aku langsung memeluknya. Virgo diam seribu bahasa. Ia seperti sedang menyesali semua yang telah terjadi. Aku yakin, sampai saat ini cinta itu masih ada untuk Fika. Aku rela kok, kalau harus melepasnya. Karena Fika, jauh lebih membutuhkannya.
Singkat cerita, aku menyatukan kembali dua insan yang dua tahun terpisah itu. Baru kali ini aku mengorbankan cintaku sendiri. Walau berat, tapi aku senang Fika mendapatkan kebahagiaannya kembali. Kuharap, Fika tetap bersemangat, meski badannya terus melemah. Dan Lisa, dia tetap temanku. Yang lalu, biarlah berlalu. Yang penting dia sadar dan mau memperbaiki kesalahannya.
Huhh.. ternyata Virgo bukan pangeran yang Tuhan maksud. Tapi, aku yakin, Sang Pangeran itu kini sedang mencariku di luar sana . Suatu saat, kita pasti ketemu…J